Kamis, 23 Juli 2020

PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA

MATERI PRE

Kompetensi Dasar
3.15 Menganalisis Rangkaian Elektronika Daya dengan menggunakan Thyristor
4.15 Menguji Rangkaian Elektronika Daya dengan menggunakan Thyristor


Pengertian SCR (Silicon Controlled Rectifier) dan Prinsip Kerjanya
vvv
Pengertian SCR (Silicon Controlled Rectifier) dan Prinsip Kerjanya – Silicon Controlled Rectifier atau sering disingkat dengan SCR adalah Dioda yang memiliki fungsi sebagai pengendali. Berbeda dengan Dioda pada umumnya yang hanya mempunyai 2 kaki terminal, SCR adalah dioda yang memiliki 3 kaki Terminal. Kaki Terminal ke-3 pada SCR tersebut dinamai dengan Terminal “Gate” atau “Gerbang” yang berfungsi sebagai pengendali (Control),  sedangkan kaki lainnya sama seperti Dioda pada umumnya yaitu Terminal “Anoda” dan Terminal “Katoda”.  Silicon Controlled Rectifier (SCR) merupakan salah satu dari anggota  kelompok komponen Thyristor.
Silicon Controlled Rectifier (SCR) atau Thrystor pertama kali diperkenalkan secara komersial pada tahun 1956. SCR memiliki kemampuan untuk  mengendalikan Tegangan dan daya yang relatif tinggi dalam suatu perangkat kecil. Oleh karena itu SCR atau Thyristor sering difungsikan sebagai Saklar (Switch) ataupun Pengendali (Controller) dalam Rangkaian Elektronika yang menggunakan Tegangan / Arus menengah-tinggi (Medium-High Power). Beberapa aplikasi SCR di rangkaian elektronika diantaranya seperi rangkaian Lampu Dimmer, rangkaian Logika, rangkaian osilator, rangkaian chopper, rangkaian pengendali kecepatan motor, rangkaian inverter, rangkaian timer dan lain sebagainya.
Pada dasarnya SCR atau Thyristor terdiri dari 4 lapis Semikonduktor yaitu PNPN (Positif Negatif Positif Negatif) atau sering disebut dengan PNPN Trioda.  Terminal “Gate” yang berfungsi sebagai pengendali terletak di lapisan bahan tipe-P yang berdekatan dengan Kaki Terminal “Katoda”. Cara kerja sebuah SCR hampir sama dengan sambungan dua buah bipolar transistor (bipolar junction transistor).

Bentuk dan Simbol SCR

Berikut ini adalah Diagram fisik dan Simbol dari SCR (Silicon Controlled Rectifier) :

Prinsip Kerja SCR

Pada prinsipnya, cara kerja SCR sama seperti dioda normal, namun SCR memerlukan tegangan positif pada kaki “Gate (Gerbang)” untuk dapat mengaktifkannya.  Pada saat kaki Gate diberikan tegangan positif sebagai pemicu (trigger), SCR akan menghantarkan arus listrik dari Anoda (A) ke Katoda (K). Sekali SCR mencapai keadaan “ON” maka selamanya akan ON meskipun tegangan positif yang berfungsi sebagai pemicu (trigger) tersebut dilepaskan.  Untuk membuat SCR menjadi kondisi “OFF”, arus maju Anoda-Katoda harus diturunkan hingga berada pada titik Ih (Holding Current) SCR. Besarnya arus Holding  atau Ih sebuah SCR dapat dilihat dari datasheet SCR itu sendiri. Karena masing-masing jenis SCR memiliki arus Holding yang berbeda-beda. Namun, pada dasarnya untuk mengembalikan SCR ke kondisi “OFF”, kita hanya perlu menurunkan tegangan maju Anoda-Katoda ke titik Nol.

PERBAIKAN DAN PERAWATAN PERALATAN AUDIO VIDEO

MATERI P3AV

Pengertian Maintenance 

Maintenance merupakan suatu fungsi dalam suatu industry manufaktur yang sama pentingnya dengan funsi – fungsi lain seperti produksi. Hal ini karena apabila kita mempunyai mesin / peralatan, maka biasanya kita selalu berusaha untuk tetap dapat mempergunakan mesin / peralatan sehingga kegiatan produksi dapat berjalan lancer. Dalam usaha untuk dapat menggunakan terus mesin / peralatan agar kontinuitas produksi dapat terjamin, maka dibutuhkan kegiatan – kegiatan pemeliharaan yang meliputi: (Stephens, 2004 : 3) 
  1. Kegiatan pengecekan. 
  2. Meminyaki (lubrication). 
  3. Perbaikan / reparasi atas kerusakan – kerusakan yang ada. 
  4. Penyesuaian / penggantian spare part atau komponen. 
Ada dua jenis penurunan kemampuan mesin / peralatan, yaitu: 
  1. Natural Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin / peralatan secara alami akibat terjadi pemburukan / keausan pada fisik mesin / peralatan selama waktu pemakaian walaupun penggunaan secara benar. 
  2. Accelerated Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin / perlatan akibat kesalahan manusia (human error) sehingga dapat mempercepat keausan mesin / peralatan karena mengakibatkan tindakan dan perlakuan yang tidak seharusnya dilakukan terhadap mesin / peralatan. 
Dalam usaha mencegah dan berusaha untuk menghilangkan kerusakan yang timbul ketika proses produksi berjalan, dibutuhkan cara dan metode untuk mengatisipasinya dengan melakukan kegiatan pemeliharaan mesin / peralatan. Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga mesin / peralatan dan mengadakan perbaikan ayau penyesuaian / penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sasuai dengan apa yang direncakan. Jadi dengan adanya kegiatan maintenance maka mesin / peralatan dapat dipergunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama dipergunakan untuk proses produksi atau sebelum jangka waktu tertentu direncanakan tercapai. 

Hasil yang diharapkan dari kegiatan pemeliharaan mesin / peralatan (equipment maintenance) merupakan berdasarkan dua hal sebagai berikut: 
  1. Condition maintenance yaitu mempertahankan kondisi mesin / peralatan agar berfungsi dengan baik sehingga komponen – komponen yang terdapat dalam mesin juga berfungsi dengan umur ekonomisnya. 
  2. Replecement maintenance yaitu mempertahankan tindakan perbaikan dan penggantian komponen mesin tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. 
1.2 Tujuan Maintenance 
Maintenance adalah kegiatan pendukung bagi kegiatan pkomersil, maka seperti kegiatan lainnya, maintenance harus efektif, efisien dan berbiaya rendah. Dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka mesin / peralatanproduksi dapat digunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama jangka waktu tertentu yang telah direncakan tercapai. (Wati, 2009) 

Beberapa tujuan maintenance yang utama antara lain, yaitu: 
  1. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi. 
  2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu. 
  3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpanan yang diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasiakn dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan mengenai investasi tersebut. 
  4. Untuk mencapai tingkat biaya maintenance secara efektif dan efisien keseluruhannya. 
  5. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut. 
  6. Memaksimalkan ketersediaan semua peralatan sistem produksi (mengurangi downtime). 
  7. Untuk memperpanjang umur / masa pakai dari mesin / peralatan. 
2 Jenis – jenis Maintenance 
2.1 Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana) 
Planned maintenance (pemeliharaan terencana) adalah pemeliharaan yang terorganisir dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh Karena itu program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis dan memerlukan pengawasan dan pengendalian secara aktif dari bagian maintenance melalui informasi dari catatan riwayat mesin / peralatan. Konsep planned maintenance ditujukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan pelaksanaan kegiatan maintemance. Komunikasi dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat memberi data yang lengkap untuk mengambil keputusan. Adapun data yang penting dalam kegiatan maintenance antara lain laporan permintaan pemeliharaan, laporan pemeriksaan, laporan perbaikan dan lain – lain. Pemeliharaan terencana (planned maintenance) terdiri dari tiga bentuk pelaksanaan, yaitu: (Stephen, 2004 : 15) 

a. Preventive maintenance (pemeliharaan pencegahan) 
Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan – kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. 

Dengan demikian semua fasilitas produksi yang diberikan preventive maintenance akan terjaminkelancarannya dan selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap saat. Sehingga dapatlah dimungkinkan pembuatan suatu rencana dan jadwal pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana produksi yang lebih tepat. 

b. Corrective maintenance (pemeliharaan perbaikan) 
Corrective maintenance adalah suatu kegiatanmaintenance yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau kelalaian pada mesin / peralatansehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. 

c. Predictive maintenance 
Predictive maintenance adalah tindakan – tindakan maintenance yang dilakukan pada tanggal yang ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa dan evaluasi data operasi yang diambil untuk melakukan predictive maintenance itu dapat berupa getaran, temperature, vibrasi, flow rate dan lain – lainnya. Perencanaan predictive maintenance dapat dilakukan berdasarkan data dari operator di lapangan yang diajukan melalui work order ke departemen maintenance untuk dilakukan tindakan yang tepat sehingga tidak akan merugikan perusahaan. 

2.2 Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana) 
Unplanned maintenance biasanya berupa breakdown / emergency maintenance. Breakdown / emergency maintenance (pemeliharaan darurat) adalah tindakan maintenance yang tidak dilakukan pada mesin / peralatan yang masih dapat beroperasi, sampai mesin / peralatan tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi lagi. Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini, diharapkan penerapan pemeliharaan tersebut akan dapat memperpanjang umur dari mesin / perlatan dan dapat memeprkecil frekuensi kerusakan. 

2.3 Autonomous Maintenance (Pemeliharaan Mandiri) 
Autonomous maintenance atau pemeliharaan mandiri merupakan suatau untuk dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi mesin / peralatan melalui kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan oleh operator untuk memelihara mesin / peralatan yang mereka tangani sendiri. Prinsip – prinsip yang terdapat pada 5 S, merupakan prinsip yang mendasari autonomous maintenance, yaitu: 
  • Seiri (clearing up): Menyinkirkan benda – benda ynng tidak diperlukan. 
  • Seiton (organizing): Menempatkan benda – benda yang diperlukan dengan rapi. 
  • Seiso (cleaning): Membersihkan peralatan dan tempat kerja. 
  • Seiketsu (standarizing): Membuat standar kebersihan, pelumasan dan inspeksi. 
  • Shitsuke (training and discipline): Meningkatkan skill dan moral. 
Autonomous maintenance diimplemetasikan melalui 7 langkah yang akan membangun keahlian yang dibutuhkan operator agar mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan. Tujuh langkah yang terdapat dalam autonomous maintenance adalah: 
  1. Membersihkan dan memeriksa (clean and inspect). 
  2. Membuat standar pembersihan dan pelumasan. 
  3. Menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau (eliminate problem and anaccesible area). 
  4. Melaksanakan pemeliharaan mandiri (conduct autonomous maintenance). 
  5. Melaksanakan pemeliharaan menyeluruh (conduct general inspection). 
  6. Pemeliharaan mandiri secara penuh (fully autonomous maintenance). 
  7. Pengorganisasian dan kerapian (organization and tidiness). 
3 Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance 
Semua tugas – tugas atau kegiatan dari pada maintenance dapat digolongkan ke dalam salah satu dari lima tugas pokok yang berikut: 
1. Inspeksi (Inspections) 
Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan dan pemeriksaan secara berkala (routine schedule check) terhadap mesin / peralatan sesuai dengan rencana yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai fasilitas mesin / peralatan yang baik untuk menjamin kelancaran prose produksi. 
2. Kegiatan Teknik (Engineering) 
Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli adan kegiatan pengembangan komponen atau peralatan yang perlu diganti, serta melakukan penelitian – penelitian terhadap kemungkinan pengembangan komponen atau peralatan juga berusaha mencegah terjadinya kerusakan. 
3. Kegiatan Produksi 
Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya yaitu dengan memperbaiki seluruh mesin / peralatan produksi. 
4. Kegiatan Administrasi 
Kegiatan administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan – pencatatan mengenai biaya – biaya yang terjadi dalam melakukan kegiatan pemeliharaan, penyusunan planning dan schedulling, yaitu rencana kapan kegiatan suatu mesin / peralatan tersebut harus diperiksa, diservice dan diperbaiki. 


CONTOH PEMBUATAN DIAGRAM ALUR ( FLOW CHART ) PROSES PRODUKSI PERALATAN ELEKTRONIKA

 SIMBOL-SIMBOL DIAGRAM ALIR (KOMPONEN SISTEM INFORMASI)


Rabu, 15 Juli 2020

MATERI PISAV ( Perencanaan Instalasi Siostem Audio Video )

FUNGSI CROSSOVER PADA AUDIO


Crossover adalah alat untuk filter atau membagi frequensi. Tujuan utama pemakaian crossover adalah agar frequensi yang masuk ke speaker dapat sesuai dengan spesifikasi speaker yang terinstalasi

sebagai contoh sebuah speaker midrange/midbass dengan spesifikasi 40 Hz - 5000 Hz berarti speaker ini tidak diperbolekan kemasukan frequensi 40 Hz ke bawah ( 35-30- 25 Hz dan seterusnya ) dan juga tidak boleh kemasukan frequensi tinggi diatas 5000 Hz ( 6000-7000-8000 Hz dan seterusnya ) karena speaker dengan spesifikasi diatas hanya dapat bekerja optimal direntang frequensi antara 40 Hz sampai dengan 5000 Hz. Dalam
prakteknya berarti kita bisa mensettingnya dengan LPF = 40 Hz dan HPF = 5000 Hz

Apa yang dimaksud dengan LPF, HPF dan BPF
1. LPF ( Low Pass Filter ) adalah meloloskan frequensi redah dan menahan frequensi tinggi yang umumnya diaplikasikan untuk mensetting frequensi yang masuk ke woofer atau subwoofer
2. HPF ( High Pass Filter ) adalah meloloskan frequensi tinggi dan menahan frequensi rendah yang umumnya diaplikasikan untuk mensetting frequensi yang masuk ke tweeter atau super tweeter
3. BPF ( Band Pass Filter ) adalah gabungan dari LPF dan HPF, artinya BPF ( Band Pass Filter ) adalah meloloskan dan menahan frequensi tinggi dan rendah atau bisa diartikan memfilter frequensi medium.
Yang umumnya diaplikasikan untuk mensetting frequensi yang masuk ke midrange atau midbass.
fungsi crossver pada audio
Crossover dapat diaplikasikan dalam sistem aktif dan pasif, dalam sistem aktif berarti pembagian frequensinya atau pengaturan  LPF ( Low Pass Filter ) dan HPF ( High Pass Filter ) disetting sebelum masuk ke power ampli, sedangkan dalam sistem pasif pengaturan LPF ( Low Pass Filter ) dan HPF ( High Pass Filter ) diaplikasikan setelah power ampli. ( Lihat gambar berikut )
crossover aktif pasif
actif crossover
Uraian singkat perbedaan crossover aktif dan crossover pasif. Dalam sistem aktif  pembagian frequensinya masih dalam bentuk audio lemah jadi tiap kanal output-nya masih dikuatkan lagi dengan power ampli, sedangkan dalam sistem pasif sistem pembagian frequensinya hasil dari output power ampli

Kelebihan dan kekurangan sistem aktif dan sistem pasif.
Kelebihan pada sistem crossover aktif, mudah dalam tuning atau setting tiap pembagian frequensinya, mudah diaplikasikan untuk semua jenis speaker ( mengikuti spesifikasi speaker ) output dari power ampli bisa bekerja maksimal.
Kekurangan/kerugian menggunakan sistem aktif, instalasinya lebih ribet karena lebih banyak menggunakan perangkat yang terpisah pisah, riskan terhadap nois dan distorsi dari sistem instalasinya, bukan merupakan instalasi pendek
Kelebihan pada sistem crossover pasif, mudah dalam instalasinya, bisa menghasilkan suara yang lebih natural karena bisa diaplikasikan keinstalasi pendek, lebih aman dari nois dan distorsi
Kekurangan/kerugian menggunakan sistem pasif, tidak cocok untuk penggantian speaker yang beda spesifikasi, mengurangi energi dari power ampli karena terbebani oleh komponen komponen pasif yang ada pada crossover

 Mengenal fitur fitur dalam dalam crossofer aktif beserta fungsinya
Di setiap produk crossofer aktif mempunyai fitur yang berbeda-beda makin  canggih suatu produk makin banyak pula fiturnya bahkan dalam head unit/prosesor home stereo produk sekarang sudah bayak yang dilengkapi dengan fitur crossofer aktif.
Disini saya akan menguraikan secara singkat tentang fitur-fitur yang umum kita jumpai pada produk crossofer aktif .

MATERI PSRT

Pengertian Frekuensi Radio : Sifat Macam Jenis dan Contoh


Pengertian Frekuensi Radio Sifat Macam Jenis dan Contoh

Pada kehidupan sehari hari, kita tentunya sudah sangat sering mendengar Radio AM, Radio FM, frekuensi VHF televisi dan juga frekuensi UHF televisi. Lalu, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan frekuensi radio berdasarkan dari penggunaannya?, berikut akan kami berikan ulasan selengkapnya untuk anda.

A. Pengertian Frekuensi Radio

Secara umum definisi atau pengertian frekuensi radio adalah gelombang elektromagnetik yang disebarkan lewat antena. Gelombang radio ini mempunyai frekuensi yang berbeda beda sehingga butuh penyetelan frekuensi tertentu yang sesuai dengan penerima radio atau radio receiver agar bisa memperoleh sinyal. Sedangkan frekuensi radio atau RF sendiri berkisar antara 3 KHz hingga 300 GHz.
Radio frekuensi atau RF atau gelombang radio merupakan unit pengukuran frekuensi gelombang yang sesuai dengan satu siklus per detik. Gelombang elektromagnetik pada daerah spektrum bisa ditransmisikan dengan memakai generator arus bolak balik yang terjadi karena satelit.
Gelombang radio tersebut adalah jenis dari radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih besar namun lebih jarang jika dibandingkan dengan radiasi inframerah. Sama seperti seluruh gelombang elektromagnetik lain yang bergerak dengan kecepatan cahaya pada ruang hampa, gelombang ini bisa dihasilkan secara alami oleh petir dan juga dari benda astronomi lain.
Gelombang radio bisa dihasilkan dari penyiaran baik televisi atau radio, radio amatir, telepon selular, radar, komunikasi satelit, jaringan komputer serta aplikasi lain. Gelombang elektromagnetik juga disebut dengan gelombang radio yang lebih dikenal dengan frekuensi radio. Gelombang radio ini bisa dihasilkan arus listrik yang bervariasi dengan cepat yakni frekuensi tinggi arus listrik pada konduktor seperti antena.
Dalam aplikasnya, siaran radio dan juga siaran televisi yang kita nikmati sekarang ini ada di pengalokasian frekuensi seperti dibawah ini:
  • Radio AM (Amplitude Modulation): 535 kHz – 1.7 MHz
  • Short Wave Radio (Radio Gelombang Pendek): 5.9 MHz – 26.1 MHz
  • Radio CB (Citizen Band): 26.96 MHz – 27.41 MHz
  • Stasiun Televisi: 54 MHz – 88 MHz (kanal 2 ~ 6)
  • Radio FM (Frequency Modulation): 88 MHz – 108 MHz
  • Stasiun Televisi: 174 MHz – 220 MHz (kanal 7 ~ 13)
Spektrum frekuensi radio merupakan susunan dari pita frekuensi radio yang memiliki frekuensi lebih kecil dari 3000 GHz sebagai satuan getaran atau ruang udara dan antariksa. Pengalokasian spektrum frekuensi radio di Indonesia mengacu ke alokasi frekuensi radio internasional untuk region 3 atau wilayah 3 sama seperti peraturan radio yang sudah ditetapkan International Telecommunication Union [ITU] atau Himpunan Telekomunikasi Internasional.
Penetapan Jalur atau spektrum frekuensi radio yang menentukan berguna untuk menghindari terjadinya gangguan atau interference serta untuk menetapkan protokol untuk keserasian antara pemancar dan juga penerima.

B. Macam Jenis Frekuensi Radio

Untuk kehidupan sehari hari di beberapa peralatan yang digunakan, ada beberapa jenis frekuensi radio yang paling banyak digunakan, yakni:

Pengertian Elektromagnetik Macam Jenis, Sifat dan Sumbernya
  • Very Low Frequency VLF: Frekuensi <30 kHz dengan panjang gelombang >10 km.
  • Low Frequency LF: Frekuensi 30 – 300 kHz dengan panjang gelombang 1 – 10 km.
  • Medium Frequency MF: Frekuensi 300 – 3000 kHz dengan panjang gelombang 100 – 1000 m.
  • High Frequency HF: 3 – 30 MHz dengan panjang gelombang 10 – 100 m.
  • Very High Frequency VHF: Frekuensi 30 – 300 MHz dengan panjang gelombang 1 – 10 m
  • Ultra High Frequency UHF: Frekuensi 300 – 3000 MHz dengan panjang gelombang 10 – 100 cm.
  • Super High Frequency SHF: Frekuensi 3 – 30 GHz dengan panjang gelombang 1 – 10 cm.
  • Extremely High Frequen EHF: Frekuensi 30 – 300 GHz dengan panjang gelombang 1 – 10 mm.

C. Sinyal Radio Frekuensi

Sinyal radio frekuensi atau RF adalah gelombang elektromagnetik yang dipakai sistem komunikasi untuk mengirimkan informasi lewat udara dari satu titik menuju titik lainnya. Sinyal RF ini sudah digunakan selama bertahun tahun yang juga memberikan cara mengirim musik di radio FM dan juga video di TV. Pada kenyataannya, sinyal RF juga menjadi sarana umum dalam mengirim data lewat jaringan wireless.

D. Sifat Sinyal Radio Frekuensi

Sinyal radio frekuensi memiliki sifat yang merambat di antara pemancar pengirim dan juga penerima. Sinyal yang dipasok di antena mempunyai amplitudo, frekuensi serta interval. Beberapa sifat ini akan berubah ubah setiap saat untuk mempresentasikan informasi. Amplitudo mengindikasikan kekuatan sintal dan ukurannya umumnya berupa energi yang dianalogikan pada jumlah usaha yang dipakai seseorang ketika mengendarai sepeda untuk mencapai titik tertentu.
Energi dalam konteks sinyal elektromagnetik menggambarkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk mendorong sinyal di jarak tertentu. Pada saat energi meningkat, maka jaraknya juga akan meningkat. Ketika sinyal radio merambat lewat udara, maka sinyal ini akan kehilangan amplitudo. Aabila jarak di antara pengirim dan juga penerima bertambah, maka amplitudo sinyal akan menurun secara eksponensial.
Di lingkungan terbuka yakni tidak terdapat rintangan, maka sinyal radio frekuensi bisa mengalami free space loss yakni bentuk dari pelemahan. Kondisi ini mengakibatkan sinyal yang sudah dimodulasi akan melemah secara eksponensial ketika sinyal merambat semakin jauh dari antena. Untuk itulah, sinyal harus punya cukup energi agar bisa mencapai jarak di mana tingkat sinyal bisa diterima sesuai dengan yang diperlukan receiver.

KERJAKAN SOAL MPMK https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSdVBveUA9o8RkhnC10P-WFG65XK9M5q_Q6YwdYnV8fstIlDqA/viewform?usp=sf_link